Sabtu, 02 Januari 2016

Nilai Jual

Bismillah
Salam'alaykum, semoga kebaikan senantiasa menaungi

Pbeh. bukan maen lame tak singgah blog. Nak cakap sibuk, tak lah sibuk betol. Sok sibuk ade lah. Tp, it's bukan salah gue sendiri yg sok sibuk, tp y gara2 susahnya jaringan jaman ini mau akses ke blog aj tak bisa-bisa. Entahkan salah laptop gue yg tak bisa nyambung, ataukah master firefox nye yg salah, tp pakai Opera pun tak mampu mengakses. Akhirnya bersarang-beranak pinak- lah blog q terabaikan. (padahal orang tak peduli pun).
Eh, sudah 2016 y. Awal taon, orang akan banyak bicara tentang resolusi. "apa resolusi mu tahun ini?". Akhirnya aq kepikiran jg mau buat. Tp sebenarnya, mau buat sesuatu tak mesti nunggu tahun baru, kan? tp its ok, grab the moment, mungkin bs lebih bersemangat. Anyway, bukan resolusi tahun baru yg hendak q ceriterakan. Itu ade waktunye nanti :D . Sebab nti tak nyambung  dg judul kat atas tu, kan?
Pertengahan bulan 12 kmrn tu, sekolah q ikut lomba Creativity n Trash Show (kalau tak salah tulis lah), yg diadakan oleh salah satu perguruan tingggi di pulau Bengkalis ni. Undangan untuk mengikuti telah didapatkan sebelumnye sekitar bulan Oktober. Bersebab agenda nye ini tentang 3R (reduse, re-use, n recycle) -panitia tak sebut memang 3R ni-, maka dibutuhkan waktu agak lama untuk menyiapkan produknya. Apelagi kategori yg sekolah q ikuti adlah Trashfashion (from Trash to Fashion). Entah kan ape pasalnye aq lah yg pd akhirnye bertanggung jawab untuk mengurus hal ini. Jadi, bahan pokok yang harus dipakai dlm membuat produknye sudah barang tentu 'sampah'.
Sebagai guru Biologi yg cinta pd alam ini (ehem), aq pun bersemangat nak mengikuti, meski otak kanan kalah siket dr otak kiri. Dengan penuh harapan bahwa agenda ini akan benar2 menyadarkan masyarakat betapa pentingnya mengurangi keberadaan sampah di muka bumi. Dengan beberapa murid q ajak bekerja sama untuk menghasilkan sesuatu yg ber'nilai jual', sebab di persyaratan dituliskan bahwa produk hendaklah memiliki nilai jual. Dalam pikiran q, mungkin jg pikiran mu, memiliki nilai jual bs berarti kalau orang tengok, ade yg hendak beli, pun aq berpikir bahwa produk haruslah sesuatu yg bisa digunakan untuk bepergian atau yg senada dengannya.
Berhubung mak q seorang penjahit, yg berarti banyak sekali tumpukan 'sampah' kain perca, maka q putuskan untuk membuat pakaian dg bahan dasar kain perca.

gunting-menggunting menjadi banyak
sambung-menyambung menjadi satu
pada akhirnya, mesin ini tak bisa digunakan karena kerusakan. T.T
aksesoris di ujung lengan
Seluruh cerita tak perlulah q ceritakan. Bertungkus-lumus berusaha demi 'nilai jual', sampai-sampai lelah tak dihiraukan, tenaga pun diforsir seharian, demi mengejar deadline, daaaan tumbanglah badan. Hampir seminggu tak bersentuh produk yg belum jadi itu, sampai-sampai aq pun pasrah kalau tak bisa ikut lomba. Tp untunglah, agenda diundur, jd masih punya waktu menyelesaikan.
Alhamdulillah akhirnya dapat terselesaikan. Karena baru pertama mencoba, hasilnye memang kurang memuaskan bagi ku, tp setidaknya ini bagian dari pembuktian diri akan kepercayaan pd diri sendiri, harus diapresiasi, kan? Untuk aksesoris kepala, koran bekas kami digunakan untuk membuat topi.
Pada akhirnya, kami memang tak dapat juara. Memang, kalau ditengok-tengok produk q sungguh sederhana. Kontestan lain sungguh penuh kreasi, dr berbagai 'sampah' semacam koran, botol air, plastik, dedaunan, goni benang yg jadul itu, pipet minuman, dsb...
Tp y, aq agak bingung dg syarat memiliki 'nilai jual'. Rata-rata produk yg sangat kreatif itu memakai standar Lady Gaga (lebih kurang menurutku, mahal y kan?). Nah masalah nya (ini pikiran q aj lho), siapa yg mau pakai baju dari koran melambai-lambai bawa kondangan? atau siapa yg mau pakai dg aksesoris memberatrkan sehari-hari jalan-jalan? dsb dsb. Nah, di sinilah menurutku agak gimanaaaaa gitu! Ah, sudahlah! sama sekali tak mengungkit apapun, cuma itu agak membuat q tak habis pikir.
Anyway, these are my products. Untuk yg laki-laki aq buat rompi dan untuk aksesoris kami buat topi. Untuk perempuan juga menggunakan aksesoris topi dari koran bekas. Q dengar ade yg cakap gamis itu tidak memakai kain perca melainkan kain utuh. Padahal sambung-menyambung perca-perca itu menjadi satu dari sabang sampai merauke (eh!), sehingga jadi bagian bawahan gamis itu sungguh menyita tenaga dan waktu, jg mencuri kesehatan ku. uhuk!!


What do u guys think? Isn't it yeppeo? :D













Tengkiu dah singgah....
salam.
LF